Banyak
yang menganggap diantara bentuk perhatian yang kita ungkapkan ke orang lain
adalah dengan memberi ucapan selamat di hari ulang tahunnya. Namun, sebagai
seorang muslim hendaknya kita tidak mudah untuk mengikuti sesuatu kecuali telah
kita kaji dasar hukum pandangan syariat terkait perbuatan atau amalan tersebut.
Demikian juga berkaitan dengan masalah perayaan ulang tahun.
Sekilas Sejarah Ulang Tahun
Dalam budaya pagan diyakini roh-roh jahat mengunjungi orang –
orang pada hari ulang tahun mereka. Untuk melindungi orang yang memiliki ulang
tahun dari pengaruh jahat, orang-orang diundang untuk mengelilingi dia dan
berpesta. Membuat banyak suara untuk menakut-nakuti roh-roh jahat. Pada waktu
itu tidak ada tradisi membawa hadiah dan tamu menghadiri pesta ulang tahun akan
membawa keinginan yang baik bagi orang ulang tahun. Namun, jika tamu membawa
hadiah itu dianggap sebagai pertanda baik bagi orang kehormatan. Kemudian,
bunga menjadi cukup populer sebagai hadiah Ulang Tahun.
Beberapa tradisi dan simbol-simbol ulang tahun
yang populer yang kita lihat sekarang ini berasal ratusan tahun yang lalu.
Tradisi lilin pada kue ulang tahun dihubungkan dengan Yunani awal, yang
menggunakan tempat lilin menyala pada kue untuk membuat mereka bersinar seperti
bulan. Dahulu,
Yunani membawa kue ke kuil Artemis-Dewi Bulan. Beberapa ahli mengatakan bahwa
lilin yang ditempatkan pada kue karena orang percaya bahwa asap dari lilin yang
membawa keinginan mereka serta doa kepada Dewa-dewa yang tinggal di langit. Yang
lain percaya bahwa adat asli di Jerman di mana orang dulu menempatkan lilin
besar di tengah kue untuk melambangkan ‘cahaya kehidupan’.
Sekitar 4.000 tahun yang lalu Raja Firaun
merayakan ulang tahunnya dengan memberikan suatu hari raya bagi pengikut
istananya. “Dan terjadilah pada hari ketiga, hari kelahiran Firaun, maka Firaun mengadakan perjamuan untuk
semua pegawainya.
Ia meninggikan kepala juru minuman dan kepala juru roti itu di tengah-tengah
para pegawainya.” (Perjanjian
Lama, Kejadian 40 : 20) Sementara itu, Bangsa Romawi merayakan ulang tahun
secara penuh antusias dengan pesta yang hedonistik dan hadiah yang berlimpah.
Pada saat agama nasrani lahir, ulang tahun dijadikan kebudayaan orang nasrani.
Perayaan Ulang tahun yang paling terkenal dalam sejarah adalah Yesus Kristus.
Selama hampir 2000 tahun sejak kelahiran Yesus di Betlehem, orang Kristen telah
menghormatinya sebagai Natal.
Pada zaman ini, memperingati ulang tahun
seseorang biasanya dirayakan dengan mengadakan pesta ulang
tahun dengan keluarga atau teman. Hadiahsering diberikan pada orang yang merayakan ulang
tahun. Pada saat seseorang ulang tahun, sudah menjadi kebiasaan untuk
memperlakukan seseorang secara istimewa pada hari ulangtahunnya. Seringkali
orang menempatkan lilin pada kue ulang tahun dan berdo’a (silent wish) sebelum meniup lilin. Hal ini diyakini
bahwa meniup semua lilin dalam satu nafas berarti do’a dan keinginan tersebut
akan terwujud dan akan menikmati keberuntungan di tahun mendatang. Beberapa
juga menuliskan nama sebelum mengiris kue untuk membawa keberuntungan.
Perayaan Ulang Tahun dalam
Islam
Di masyarakat sekarang, banyak kaum muslimin yang juga turut
ikut merayakan hari ulang tahun, apakah yang berkaitan dengan hari ulang tahun
individu atau instansi. Dalam tinjauan syariat, ada beberapa kemungkinan
terkait dengan perayaan ulang tahun ini.
Kemungkinan pertama, perayaan
tersebut dimaksudkan dalam rangka ibadah. Misalnya dimaksudkan sebagai
ritualisasi rasa syukur, atau misalnya dengan acara tertentu yang di dalam ada
doa-doa atau bacaan dzikir-dzikir tertentu. Atau juga dengan ritual seperti mandi
kembang 7 rupa ataupun mandi dengan air biasa namun dengan keyakinan hal
tersebut sebagai pembersih dosa-dosa yang telah lalu. Jika demikian maka
perayaan ini masuk dalam pembicaraan masalah bid’ah. Karena syukur, doa,
dzikir, istighfar (pembersihan dosa), adalah bentuk-bentuk ibadah dan ibadah
tidak boleh dibuat-buat sendiri bentuk ritualnya karena merupakan hak paten
Allah dan Rasul-Nya. Sehingga kemungkinan pertama ini merupakan bentuk yang
dilarang dalam agama, karena Rasul kita Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melakukan ritual amal ibadah
yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Disamping itu orang yang membuat-buat ritual
ibadah baru, bukan hanya tertolak amalannya, namun ia juga mendapat dosa,
karena perbuatan tersebut dicela oleh Allah. Sebagaimana hadits, “Akan datang ke (telaga)ku orang-orang yang kukenal dan mereka
mengenaliku, namun kemudian mereka terhalang dariku”. Akupun
berkata, “Mereka adalah bagian dariku!”.
Dijawab,“Sesungguhnya engkau tidak
mengetahui apa yang mereka ada-adakan setelah engkau (meninggal dunia)”(HR.
Bukhari dan Muslim)
Kemungkinan kedua, perayaan
ulang tahun ini dimaksudkan tidak dalam rangka ibadah, melainkan hanya tradisi,
kebiasaan, adat atau mungkin sekedar have fun. Bila demikian, hal ini
mengandung dua sisi larangan.
Yang pertama, menjadikan sebagai salah satu hari raya. Tindakan
ini berarti suatu kelancangan terhadap Allah dan Rasulnya, dimana kita
menetapkan sebagai ‘Ied (Hari Raya) dalam islam, padahal Allah dan Rasulnya
tidak pernah menjadikannya sebagai hari raya. Perayaan dalam islam terbagi
menjadi tiga perayaan saja, yang pertama Iedul Fitri yang kedua Iedul Adha dan
yang terakhir setiap hari jum’at. Hal ini telah dijelaskan dalam beberapa
hadits yang shahih.
Yang kedua, mengandung usur tasyabbuh (meniru niru). Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, ulang tahun ini selalu dirayakan oleh umat nasrani dan
lainnya. Seorang muslim yang yakin bahwa hanya Allah lah sesembahan yang berhak
disembah, sepatutnya ia membenci (dalam hati) setiap penyembahan kepada selain
Allah dan penganutnya. Salah satu yang wajib dibenci adalah kebiasaan dan
tradisi mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang
sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika
orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun,
-pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat)
berkata, “Wahai
Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?”
Beliau menjawab, “Lantas
siapa lagi?” (HR. Muslim).
Bagaimana
Seharusnya Sikap Seorang Muslim
Sikap kita dalam menghadapi hari ulang tahun adalah tidak
mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa dalam menghindari
perayaan semacam itu. Mensyukuri nikmat Allah berupa kesehatan, kehidupan, usia
yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap saat bukan setiap tahun. Dan tidak
perlu dilakukan dengan ritual atau acara khusus, Allah Maha Mengetahui yang
nampak dan yang tersembunyi di dalam dada. Demikian juga refleksi diri,
mengoreksi apa yang kurang dan apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita
selayaknya menjadi renungan harian setiap muslim, bukan renungan tahunan.
Indahnya persaudaraan tidak diukur dengan
siapa yang paling cepat mengucapkan selamat ulang tahun. Akan tetapi siapa yang
paling tulus dan ikhlas mendoakan satu sama lain. Dan sebaik-baik doa seseorang
kepada saudaranya seiman adalah doa tanpa sepengetahuan mereka. Rasulullohshollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa seorang muslim kepada saudaranya secara
rahasia dan tidak hadir di hadapannya adalah sangat dikabulkan. Di sisinya ada
seorang malaikat yang ditunjuk oleh Alloh. Setiap kali ia berdoa untuk
saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut berkata (kepadanya): “Ya Alloh,
kabulkanlah, dan (semoga) bagimu juga (mendapatkan balasan) yang semisalnya.”
(HR. Muslim)
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar