Ketika rahasia dihijrahkan menjadi kata benda
Ia menawarkan pilihan
Bersabar, atau memaksa menguaknya
Bersabar menanti kejutan indah di balik rahasia
Atau, terhempas sakitnya kecewa karena memaksa
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalaamu’alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh..
Saudaraku, pernah jatuh cinta? Atau merasakan kagum yang tak biasa pada seseorang? Atau paling tidak, memiliki harapan yang sempat terlabuhkan?
Ah, patutnya kita jawab tanya itu di hati kita masing-masing.
Namun kini, mari kita bicara. Untuk yang pernah merasakan cinta. Hati yang pernah merasakan sakitnya, hati yang kembali sadar bahwa cinta tak seharusnya ada sebelum hadiah ALLAH itu datang. Hadiah yang sarat dengan kejutan dan perhiasan kebahagiaan. Berupa suami, atau isteri. Atau pasangan sejati kita, till death do us part.
Ketika kita (masih) sendiri, sementara di sepanjang hiruk-pikuk perjalanan waktu ada saja pasangan yang memamerkan kemesaraannya. Entah dalam bentuk kehalalan hubungan, atau kelaknatan tingkat gawat. Mungkin kadang rasanya berat, seperti kata teman ana, “Kok aku doang yang nggak pacaran? ><.” Atau kata teman ana yang lain, “Jangan-jangan aku jelekbanget ya, Fi? Nggak ada yang deketin ><.”
Hmm..
Ukhtiy.. Sendiri bukan berarti tidak cantik. Tak di-‘PDKT’-kan bukan berarti ‘nggak laku’. Melainkan itulah anggai penghormatan ikhwan pada akhwat yang menjaga diri. Inilah pilihan. Dan di balik pilihan yang baik, selalu ada ruang bagi kejutan tak terprediksi. Insya ALLAH..
Akhiy.. Sendirian bukan berarti tidak jantan. Berjenggot dan selalu menunduk bukan berarti kurang pergaulan. Justru itu menjadikanmu terhormat. Inilah pilihan. Dan di balik pilihan yang baik, selalu ada ruang bagi kejutan tak terprediksi. Insya ALLAH..
Hm, lalu mari kita geser sedikit topik kita.
Mungkin, ketika kita telah begitu kagum pada seseorang, ia ‘berpaling’, lalu mendidihkan kekecewaan di periuk hati ini. Atau mungkin, kita mendengar berita tak enak tentangnya, yang memangkas kriteria untuk sebuah kekaguman. Atau bahkan ia malah pacaran, sebuah hubungan yang sekuat tenaga kita tahan sampai masa NPSP (Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan) datang. Kekaguman yang sudah mendidih demikian hebat harus membeku di bawah derajat nol Fahrenheit.
Saudaraku, satu-satunya idola yang sempurna, hanya Rasulullaah. Maka tak perlu rasanya, kita mengagumi orang setinggi itu. Kita sendiri nanti yang kecewa. Kita dan ia sama-sama dhaif. Kita bisa saja berbuat salah, lalu mengapa ia tidak? Tak perlu kita menyibukkan diri ‘kecewa’ dengan akhlak idola yang tak lagi sesuai harapan. Lebih baik kita menjaga diri kita dulu, menguatkan diri kita dulu. Sambil terus berdoa, semoga bagi orang-orang yang dipenuhi ketidaksabaran ALLAH beri kekuatan, kelembutan dan gelombang cahaya paling manis bernama hidayah. Aamiin..
Lalu, jika mungkin pernah sebuah rasa hinggap di hati kita, apa ia harus dipertahankan? Atau harus dikenang sampai badan gemetaran? Entahlah, menurut ana jawabannya tak pasti. Karena dalam setiap jawaban, selalu ada ruang bagi pilihan.
Hanya dua hal yang berani ana sampaikan;
Pertama, ketika kita mengagumi seorang dalam kagum tingkat gawat, apa ia yang yang dikagumi kelak menjadi jodoh kita, Saudaraku? Entahlah. Itu rahasia, tak sepantasnya kita berusaha menguak duluan rahasia ALLAH. ALLAH yang memiliki rahasia itu, maka biarlah kelak Ia yang membukanya, pada masa dan tempat yang tak masuk dalam rekaan. Insya ALLAH.
Kedua, ketika kita terluka saat melihat orang yang kita kagumi melakukan hal yang tak pernah kita bayangkan, apa sang jodoh bisa terima, kita telah ‘berserah’ pada orang yang salah? Ah, entahlah. Itu bukan rahasia, karena di sana ia tengah menanti kita. Maka jangan kita rusak penantian itu dengan ketidaksabaran kita..
Saudaraku.. Mungkin, satu-dua di antara yang membaca tulisan ini sedang jatuh hati pada orang yang nasib kita dengannya masih kabur. Mungkin, sedang ada di antara pembaca yang sedang kecewa dan patah hati macam tersengat gerombolan lebah jantan. Mungkin, ada di antaranya yang sedang dekaaat sekali, dengan seseorang, tanpa tahu bahwa kedekatan itu adalah isyarat akan sebuah rasa yang telah berhinggap.
Mari kita nukil sekali lagi:
“… Sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) ALLAH itu, pasti datang…” (Q.S. al-‘Ankabuut: 5)
Jadi, walau kita memaksa dan menangis darah keadaan berubah saat ini juga, takkan ada yang berubah tanpa izin dari-Nya. ALLAH punya cara, punya rencana di tiap skenario kehidupan. Saat ini kita ingin ada yang mengisi hati dan hidup kita, mungkin itu bukan waktu dimana janji ALLAH telah berjawab. Sebab jika janji itu terjadi nanti, insya ALLAH, kita akan baik-baik saja..
Saudaraku, tulisan ana hadir untuk mengingatkan antum dan diri ana pribadi. Adalah sebuah kenyataan yang harus diingat sampai hadiah itu datang. Bahwa masa sendiri ini akan berakhir. Masa kita terluka karena sesaknya hidup sendiri, masa kita terhempas karena tidak ada yang menyediakan sandaran, insya ALLAH akan berakhir. Jika tidak hari ini, mungkin esok, mungkin setelah lulus kuliah, mungkin setelah bekerja. Atau jika tidak, mungkin kelak, di Firdaus, ALLAH penuhi janji yang sempat mengabur di penglihatan kita. Insya ALLAH..
“Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS. An Nuur : 26).
Lalu, jika kita sudah bersabar, InsyaALLAH, Ia tengah menyiapkan seseorang yang juga sabar menanti kita. Layaknya sebuah pecahan piala kaca yang terbungkus di etalase, menanti pecahan lain yang juga terbungkus etalase di seberang sana. Layaknya sepasang sepatu, yang tak terpisah, tapi terlihat berbeda. Pasangan yang bersatu karena berbeda, karena kesabaran menanti jemputan.
Mari sama-sama kita meraba hati, ucapkan padanya dengan lembut dan tulus,“Bersabarlah.. Sebentar lagi ia akan datang..” Benar, walau tampak fisik kita sendiri, tapi jauh di hati ini.. Kita dan ia telah menyatu dalam buhul yang telah ALLAH ikatkan sejak dulu. Kita dan ia telah menyatu lewat penantian dalam kesendirian. Lewat penantian dalam kesabaran.
Saudaraku.. Rahasia ALLAH selalu menawarkan pilihan. Dan di balik setiap pilihan, selalu ada ruang bagi konsekuensi. Maka semoga kita pandai memilih pilihan terbaik untuk segala jenis keletihan menanti jodoh; sabar. Aamiin..
Yuk, semangat!
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar