Serang Banten hari itu, seakan menjelma menjadi
kota bahagia. Senyum bahagia tersebar merekah, ucapan selamat dan
bingkisan bunga ikut mengiringi, wajah-wajah bahagia terekam baik oleh
lensa-lensa kamera. Para orang tua ada yang menitikkan air mata haru dan
bahagia di ujung matanya, menyaksikan sang anak kini telah meraih
sebuah gelar baru di belakang nama mereka, dalam hatinya mungkin
terbesit, selesai juga perjuangannya mencari nafkah untuk membiayai
pendidikan si anak.
Ya, Para pejuang ilmu yang telah bergelut
kurang lebih empat hingga enam tahun,/2 thn untuk pasca sarjana kini mengenakan baju
kebanggannya, toga. Sebagai symbol sebuah kelulusan dan keberhasilan.
Meski aku tak di hadiri oleh orang yg ku sayangi tidak ikut serta di sana karena sebuah kegiatan yang
mengharuskan dia gak bisa hadir namun dia bisa melihatnya
dari foto-foto yang terpajang yg kukirim , betapa
meriahnya hari itu. wajah-wajah yang cantik, bingkisan bunga yang indah,
senyum orang tua mereka, hari wisuda memang menjadi hari
kebahagiaan yang selalu dinanti oleh para mahasiswa.
Tak menyangka juga, ketika aku membuka pesan, ada sebuah pesan singkat yang menyadarkan dan membuat bibirku
tersenyum cukup lama: Dear ukhti …Setiap akhir adalah awal
permulaan yang baru.Selamat datang di dunia pasca kampus.Semoga ilmunya
berkah,semakin Allah tambahkan pula jalan2 keluasan ilmu. Happy
Gradution my lovely sista .Kau tahu,Allah menciptakanmu begitu istimewa.
Selamat menikmati apa yang disebut “Indah pada Waktunya”.Semoga berkah
segala perjuangan yang telah terlewati dan bersiap untuk perjuangan
selanjutnya.Barakillah,semoga menjadi sarjana yang penuh manfaat. Terus
berkarya!Terus ukir prestasimu.Sukses dunia akhirat… :)
Eh? Happy graduation..? aku..
sudah menjadi sarjana S2 sekarang? ? hmm.. okay!
Agak aneh memang, mendadak ada beberapa huruf yang ikut memanjangkan
nama, tapi bagaimanapun itulah hasil dari perjuanganku 2 tahun
kemarin. Agak terlambat memang, . Namun aku begitu
bersyukur, bahwa aku bisa menyelesaikannya… di tengah perjalanan
kuliahku yang terkadang terseok-seok. Seringkali di kala rasa kantuk
yang begitu mendera, karena kuliah sambil mengajar/ guru di salah satu sekolah kejuruan di tanggerang
kupaksakan diriku di pagi hari untuk berkata, “Ayo cha Berangkat
kuliah!” dan seringkali aku mencubit lenganku sendiri atau meminta teman
mencubitku agar aku tidak tertidur di dalam kelas. Atau ketika musim
ujian sementara sampai petang hari aku masih harus terus kuliah di saat aku kelelahan mengajar , dan ketika airmata ini berderai-derai, namun
kutepuk lenganku sendiri sambil mengucapkan, “Ayo cha! Kamu bisa!”
Ya Allah… perjuangan itu… terlewati sudah… Alhamdulillah…
2 tahun, yang sebenarnya bukan hanya
memberikan aku sekedar tambahan huruf berupa titel, namun lebih dari
itu, lima tahun perjuangan itu telah mengantarkan aku hingga bisa
seperti sekarang ini. Bukan cuma titel atau lembaran nilai-nilai IP,
namun juga sahabat-sahabat yang hebat, yang telah mengajarkan aku makna
sesungguhnya dari ‘maju terus pantang mundur’ sahabat-sahabatku, mereka
semua yang ada di kampus. Mulai dari dosen, teman sekelompok, teman
organisasi, penjaga kantin, anak-anak penjual koran, pak satpam yang
baik, bahkan sampai teman-teman di sekolah tempat ku mendidik, yang selalu
menularkan semangat, yang menyadarkan aku bahwa ilmu itu bukan hanya
ada di dalam kelas, namun dimanapun kita berada disitulah ilmu itu,
hingga akhirnya aku memilih untuk banyak mengikuti kegiatan agar semakin
bertambah juga ilmu itu, hingga akhirnya aku bisa menyelesaikan
kuliahku ini.
Namun seperti yang disampaikan calon imam ku
dalam pesan singkatnya, bahwa setiap akhir adalah awal permulaan yang
baru. Maka itulah hakikat wisuda yang sebenarnya. Di balik wajah
kebahagiaan para mahasiswa bertoga, sebenarnya kita masih memiliki tugas
yang lebih besar dari pada sekedar tugas yang ada dikampus. Yaitu
bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat dengan bekal ilmu yang telah
kita isi selama bertahun-tahun di kelas.
Fiufh.. jika membayangkan, tentu itu
sungguh berat sekali. Terlebih melihat wajah para orang tua, yang penuh
harapan terhadap anaknya yang telah menjadi sarjana, yang tak pernah
letih melantunkan doa-doa untuk anaknya…
Ketika sudah mencapai puncak, capailah
puncak yang lain. begitu kiranya nasihat orang bijak yang pas untukku
saat ini. Meski wisuda itu adalah puncak dari perjuangan kita selama di
kampus, namun ia bukanlah akhir. Lihatlah jauh kedepan, masih banyak
puncak yang harus kita daki lagi. Janganlah takut untuk memulai dari
Nol, melangkah dari awal untuk mendaki puncak yang lebih tinggi lagi.
Karena wisuda sesungguhnya bukan disini.
Karena wisuda sesungguhnya bukan ketika kita mengenakan toga kemudian
bersalaman dengan pak rektor menerima ijazah. Wisuda sesungguhnya itu
adalah nanti, di akhirat sana. Ketika kita menerima buku amal dengan
tangan kanan, ketika berhasil melewati panasnya padang mahsyar, ketika
Allah telah membukakan pintu syurganya, dan kita dipersilahkan masuk
selamanya.
Subhanallah… itulah wisuda yang sesungguhnya. Puncak dari semua puncak.
Insya Allah, kita termasuk didalamnya… amin…
*Selamat kepada teman-teman perjuangan di
kampus UNTIRTA, terimakasih penuh hormat untuk ayah dan mamah. Juga Terimakasih banyak untuk sahabat terbaikku,juga calon imam ku yg selalu membimbingku selama ini...
Tanggerang 10 April 2015
Sheryl Nissa Rahmah S.D.s. M.p.d..