Kisah Sedih Seorang Ibu( WAJIB BACA )
Jalannya sudah tertatih-tatih, karena
usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga
kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan
mau keluar rumah. Walaupun ia
mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah
jompo, karena kehadirannya tidak
diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa
berat penderitaannya ketika akan
melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari
anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung
jawab atas perbuatannya. Di samping itu
keluarganya menuntut agar ia
menggugurkan bayi yang belum dilahirkan,
karena keluarganya merasa malu
mempunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap
mempertahankannya, oleh sebab itu ia
diusir dari rumah orang tuanya. Selain aib
yang harus di tanggung, ia pun
harus bekerja berat di pabrik untuk
membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang
mendampinginya. Ia tidak mendapatkan
kecupan manis
maupun ucapan selamat dari siapapun
juga, yang ia dapatkan hanya cemohan,
karena telahelahirkan seorang bayi haram tanpa bapa. Walaupun demikian ia merasa
bahagia
sekali atas berkat yang didapatkannya dari
ALLAH SWT di mana ia telah dikaruniakan
seorang putri. Ia berjanji akan memberikan
seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya
seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi
nama Love - Kasih. Siang ia harus bekerja
berat di pabrik dan di
waktu malam hari ia harus menjahit sampai
jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia bisa
dapatkan. Terkadang ia harus menjahit
sampai jam 2
pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari itu adalah
sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia
dapatkan. Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant.
Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai
kehidupan maupun biaya sekolah putrinya
yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi,
karena ia masih tetap mengharapkan,
bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya, di
samping itu ia tidak mau memberikan ayah
tiri kepada putrinya. Sejak ia melahirkan
putrinya ia menjadi
seorang vegetarian, karena ia tidak mau
membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya ia bisa
beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya
sendiri ia tidak pernah mau
membeli pakaian baru, ia selalu menerima
dan memakai pakaian bekas pemberian
orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia
berikan, mulai dari pakaian sampai dengan
makanan. Pada suatu saat ia jatuh sakit,
demam
panas. Cuaca di luaran sangat dingin sekali,
karena pada saat itu lagi musim . Ia telah menjanjikan untuk memberikan
sepeda sebagai hadiah Ulang tahunyaa
untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang
telah dikumpulkannya belum
mencukupinya. Ia tidak ingin
mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca diluaran
dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit dan
lemah, ia tetap memaksakan diri untuk
keluar rumah dan bekerja. Sejak saat
tersebut ia kena penyakit rheumatik,
sehingga sering sekali badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan
putrinya dan
memberikan hanya yang terbaik bagi
putrinya walaupun untuk ini ia harus
bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun
tidak sakit ia tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya
yang tercinta. Karena perjuangan dan
pengorbanannya
akhirnya putrinya bisa melanjutkan studinya
diluar kota. Di sana putrinya jatuh cinta
kepada seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak
pernah mau mengakui bahwa ia masih
mempunyai orang tua. Ia merasa malu
bahwa ia ditinggal minggat
oleh ayah kandungnya dan ia merasa malu
mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu pencuci piring di
restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku
kepada calon suaminya bahwa kedua
orang tuanya sudah meninggal dunia.
Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya
bisa melihat dari jauh dan itupun hanya pada saat upacara pernikahan. Ia tidak
diundang, bahkan kehadirannya
tidaklah diinginkan, sambil mendoakan agar
ALLAH SWT selalu melindungi dan meridoi
putrinya yang tercinta. Sejak saat itu
bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia
dilarang dan tidak boleh menghubungi
putrinya. Pada suatu hari ia membaca di
koran
bahwa putrinya telah melahirkan seorang
putera, ia merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah
mempunyai seorang cucu. Ia sangat
mendambakan sekali untuk bisa
memeluk dan menggendong cucunya,
tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh
menginjak rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada ALLAH
SWT, agar ia bisa mendapatkan
kesempatan untuk melihat dan bertemu
dengan anak dan cucunya, karena
keinginannya sedemikian besarnya untuk
bisa melihat putri dan cucunya, ia melamar dengan menggunakan nama palsu untuk
menjadi babu di rumah keluarga putrinya.
Ia merasa bahagia sekali, karena
lamarannya diterima dan diperbolehkan
bekerja disana. Di rumah putrinya ia bisa
dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan
sebagai Oma dari cucunya melainkan
hanya sebagai babu dari keluarga tersebut.
Ia merasa berterima kasih sekali kepada
allah swt, bahwa ia permohonannya telah
dikabulkan. Di rumah putrinya, ia tidak pernah
mendapatkan perlakuan khusus, bahkan
binatang peliharaan mereka jauh lebih
dikasihi oleh putrinya daripada dirinya
sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak
dan dimaki oleh putri dan anak darah
dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia
hanya bisa berdoa sambil menangis di dlm
kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia
berdoa agar ALLAH SWT mau
mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada
putrinya, ia berdoa agar hukuman itu
dilimpahkan saja kepadanya, karena ia
sangat menyayangi putrinya. Setelah
bekerja bertahun-tahun sebagai
babu tanpa ada orang yang mengetahui siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia
menderita sakit dan tidak bisa bekerja lagi.
Mantunya merasa berhutang budi kepada
pelayan tuanya yang setia ini sehingga ia
memberikan kesempatan untuk
menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo. Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh
bertemu lagi dengan putri kesayangannya.
Uang pension yang ia dapatkan selalu ia
sisihkan dan tabung untuk putrinya, dengan
pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia
membutuhkan bantuannya. Pada tahun lampau beberapa hari, ia jatuh
sakit lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa
saatnya sudah tidak lama lagi. Ia
merasakan bahwa ajalnya sudah
mendekat. Hanya satu keinginan yang ia
dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk
bisa bertemu dan boleh melihat putrinya
sekali lagi. Di samping itu ia ingin
memberikan seluruh
uang simpanan yang ia telah kumpulkan
selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya. Suhu diluaran telah
mencapai 17 derajat di
bawah nol dan salujupun turun dengan
lebatnya, jangankan manusia anjingpun
pada saat ini tidak mau keluar rumah lagi,
karena di luaran sangat dingin, tetapi Nenek tua ini tetap memaksakan diri untuk
pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu
dengan putrinya sekali lagi
yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil
karena kedinginan, ia menunggu
datangnya bus berjam-jam di luaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak
rumah jompo tempat di mana ia tinggal
letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu
perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi
seorang nenek tua yang berada dlm
keadaan sakit. Setiba di rumah putrinya dlm keadaan lelah
dan kedinginan ia mengetuk rumah
putrinya dan ternyata purtinya sendiri yang
membukakan pintu rumah gedong di mana
putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat
datang yang diucapkan putrinya ? Apakah rasa bahagia bertemu kembali
dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor:
"Kamu sudah bekerja di rumah kami
puluhan tahun sebagai pembantu, apakah
kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu
ada pintu khusus, ialah pintu di belakang rumah!" "Nak, Ibu datang bukannya untuk
bertamu
melainkan hanya ingin memberikan hadiah
ulang tahun untukmu. Ibu ingin melihat
kamu sekali lagi, mungkin
yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luaran dingin sekali
dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat
lagi nak!" kata wanita tua itu. "Maaf saya
tidak ada waktu, di samping itu
sebentar lagi kami akan menerima tamu
seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang telepon
dahulu, jangan sembarangan datang
begitu saja!" ucapan putrinya dengan nada
kesal.
Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia
mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis. Tidak
ada rasa kasih, jangankan kasih,
belas kasihanpun tidak ada. Setelah
beberapa saat kemudian bel rumah bunyi
lagi, ternyata ada orang mau pinjam
telepon di rumah putrinya "Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami
pinjam teleponnya sebentar untuk
menelpon ke kantor polisi, sebab di halte
bus di depan ada seorang nenek
meninggal dunia, rupanya ia mati
kedinginan!" Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan
jasmaniahnya saja, tetapi juga
perasaannya. Ia sangat mendambakan
sekali kehangatan
dari kasih sayang putrinya yang tercinta
yang tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya. Seorang Ibu melahirkan dan
membesarkan
anaknya dengan penuh kasih sayang
tanpa mengharapkan pamrih apapun juga.
Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan
waktunya 24 jam sehari bagi anak- anaknya, tidak ada perkataan siang
maupun malam, tidak ada perkataan lelah
ataupun tidak
mungkin dan ini 366 hari dlm setahun.
Seorang Ibu mendoakan dan mengingat
anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun
sekali saja pada hari-hari tertentu. Kenapa
kita baru bisa dan mau
memberikan bunga maupun hadiah
kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu
saja "Mother's Day" sedangkan di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-
boro memberikan hadiah, untuk menelpon
saja kita tidak punya waktu. Kita akan bisa
lebih membahagiakan Ibu
kita apabila kita mau memberikan sedikit
waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun
hadiah. Renungkanlah: Kapan kita terakhir
kali
menelpon Ibu? Kapan kita terakhir
mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita
mengajak Ibu jalan-jalan? Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan
manis dengan ucapan terima kasih kepada
Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali
berdoa untuk Ibu kita? Berikanlah kasih
sayang selama Ibu kita
masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah
berangkat, karena Ibu tidak akan bisa
melihatnya lagi Semoga tulisan ini dapat
membuka pintu
hati kita yang telah lama terkunci ... Semoga
bermanfaat dan Penuh Kebarokahan dari Allah ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika
menurut sahabat note ini bermanfaat .... #
BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA
ILAHI# Subhanallah wabihamdihi
Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik
Wa'atuubu Ilaik ..
Jalannya sudah tertatih-tatih, karena
usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga
kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan
mau keluar rumah. Walaupun ia
mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah
jompo, karena kehadirannya tidak
diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa
berat penderitaannya ketika akan
melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari
anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung
jawab atas perbuatannya. Di samping itu
keluarganya menuntut agar ia
menggugurkan bayi yang belum dilahirkan,
karena keluarganya merasa malu
mempunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap
mempertahankannya, oleh sebab itu ia
diusir dari rumah orang tuanya. Selain aib
yang harus di tanggung, ia pun
harus bekerja berat di pabrik untuk
membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang
mendampinginya. Ia tidak mendapatkan
kecupan manis
maupun ucapan selamat dari siapapun
juga, yang ia dapatkan hanya cemohan,
karena telahelahirkan seorang bayi haram tanpa bapa. Walaupun demikian ia merasa
bahagia
sekali atas berkat yang didapatkannya dari
ALLAH SWT di mana ia telah dikaruniakan
seorang putri. Ia berjanji akan memberikan
seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya
seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi
nama Love - Kasih. Siang ia harus bekerja
berat di pabrik dan di
waktu malam hari ia harus menjahit sampai
jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia bisa
dapatkan. Terkadang ia harus menjahit
sampai jam 2
pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari itu adalah
sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia
dapatkan. Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant.
Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai
kehidupan maupun biaya sekolah putrinya
yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi,
karena ia masih tetap mengharapkan,
bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya, di
samping itu ia tidak mau memberikan ayah
tiri kepada putrinya. Sejak ia melahirkan
putrinya ia menjadi
seorang vegetarian, karena ia tidak mau
membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya ia bisa
beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya
sendiri ia tidak pernah mau
membeli pakaian baru, ia selalu menerima
dan memakai pakaian bekas pemberian
orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia
berikan, mulai dari pakaian sampai dengan
makanan. Pada suatu saat ia jatuh sakit,
demam
panas. Cuaca di luaran sangat dingin sekali,
karena pada saat itu lagi musim . Ia telah menjanjikan untuk memberikan
sepeda sebagai hadiah Ulang tahunyaa
untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang
telah dikumpulkannya belum
mencukupinya. Ia tidak ingin
mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca diluaran
dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit dan
lemah, ia tetap memaksakan diri untuk
keluar rumah dan bekerja. Sejak saat
tersebut ia kena penyakit rheumatik,
sehingga sering sekali badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan
putrinya dan
memberikan hanya yang terbaik bagi
putrinya walaupun untuk ini ia harus
bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun
tidak sakit ia tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya
yang tercinta. Karena perjuangan dan
pengorbanannya
akhirnya putrinya bisa melanjutkan studinya
diluar kota. Di sana putrinya jatuh cinta
kepada seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak
pernah mau mengakui bahwa ia masih
mempunyai orang tua. Ia merasa malu
bahwa ia ditinggal minggat
oleh ayah kandungnya dan ia merasa malu
mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu pencuci piring di
restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku
kepada calon suaminya bahwa kedua
orang tuanya sudah meninggal dunia.
Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya
bisa melihat dari jauh dan itupun hanya pada saat upacara pernikahan. Ia tidak
diundang, bahkan kehadirannya
tidaklah diinginkan, sambil mendoakan agar
ALLAH SWT selalu melindungi dan meridoi
putrinya yang tercinta. Sejak saat itu
bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia
dilarang dan tidak boleh menghubungi
putrinya. Pada suatu hari ia membaca di
koran
bahwa putrinya telah melahirkan seorang
putera, ia merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah
mempunyai seorang cucu. Ia sangat
mendambakan sekali untuk bisa
memeluk dan menggendong cucunya,
tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh
menginjak rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada ALLAH
SWT, agar ia bisa mendapatkan
kesempatan untuk melihat dan bertemu
dengan anak dan cucunya, karena
keinginannya sedemikian besarnya untuk
bisa melihat putri dan cucunya, ia melamar dengan menggunakan nama palsu untuk
menjadi babu di rumah keluarga putrinya.
Ia merasa bahagia sekali, karena
lamarannya diterima dan diperbolehkan
bekerja disana. Di rumah putrinya ia bisa
dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan
sebagai Oma dari cucunya melainkan
hanya sebagai babu dari keluarga tersebut.
Ia merasa berterima kasih sekali kepada
allah swt, bahwa ia permohonannya telah
dikabulkan. Di rumah putrinya, ia tidak pernah
mendapatkan perlakuan khusus, bahkan
binatang peliharaan mereka jauh lebih
dikasihi oleh putrinya daripada dirinya
sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak
dan dimaki oleh putri dan anak darah
dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia
hanya bisa berdoa sambil menangis di dlm
kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia
berdoa agar ALLAH SWT mau
mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada
putrinya, ia berdoa agar hukuman itu
dilimpahkan saja kepadanya, karena ia
sangat menyayangi putrinya. Setelah
bekerja bertahun-tahun sebagai
babu tanpa ada orang yang mengetahui siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia
menderita sakit dan tidak bisa bekerja lagi.
Mantunya merasa berhutang budi kepada
pelayan tuanya yang setia ini sehingga ia
memberikan kesempatan untuk
menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo. Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh
bertemu lagi dengan putri kesayangannya.
Uang pension yang ia dapatkan selalu ia
sisihkan dan tabung untuk putrinya, dengan
pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia
membutuhkan bantuannya. Pada tahun lampau beberapa hari, ia jatuh
sakit lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa
saatnya sudah tidak lama lagi. Ia
merasakan bahwa ajalnya sudah
mendekat. Hanya satu keinginan yang ia
dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk
bisa bertemu dan boleh melihat putrinya
sekali lagi. Di samping itu ia ingin
memberikan seluruh
uang simpanan yang ia telah kumpulkan
selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya. Suhu diluaran telah
mencapai 17 derajat di
bawah nol dan salujupun turun dengan
lebatnya, jangankan manusia anjingpun
pada saat ini tidak mau keluar rumah lagi,
karena di luaran sangat dingin, tetapi Nenek tua ini tetap memaksakan diri untuk
pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu
dengan putrinya sekali lagi
yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil
karena kedinginan, ia menunggu
datangnya bus berjam-jam di luaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak
rumah jompo tempat di mana ia tinggal
letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu
perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi
seorang nenek tua yang berada dlm
keadaan sakit. Setiba di rumah putrinya dlm keadaan lelah
dan kedinginan ia mengetuk rumah
putrinya dan ternyata purtinya sendiri yang
membukakan pintu rumah gedong di mana
putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat
datang yang diucapkan putrinya ? Apakah rasa bahagia bertemu kembali
dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor:
"Kamu sudah bekerja di rumah kami
puluhan tahun sebagai pembantu, apakah
kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu
ada pintu khusus, ialah pintu di belakang rumah!" "Nak, Ibu datang bukannya untuk
bertamu
melainkan hanya ingin memberikan hadiah
ulang tahun untukmu. Ibu ingin melihat
kamu sekali lagi, mungkin
yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luaran dingin sekali
dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat
lagi nak!" kata wanita tua itu. "Maaf saya
tidak ada waktu, di samping itu
sebentar lagi kami akan menerima tamu
seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang telepon
dahulu, jangan sembarangan datang
begitu saja!" ucapan putrinya dengan nada
kesal.
Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia
mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis. Tidak
ada rasa kasih, jangankan kasih,
belas kasihanpun tidak ada. Setelah
beberapa saat kemudian bel rumah bunyi
lagi, ternyata ada orang mau pinjam
telepon di rumah putrinya "Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami
pinjam teleponnya sebentar untuk
menelpon ke kantor polisi, sebab di halte
bus di depan ada seorang nenek
meninggal dunia, rupanya ia mati
kedinginan!" Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan
jasmaniahnya saja, tetapi juga
perasaannya. Ia sangat mendambakan
sekali kehangatan
dari kasih sayang putrinya yang tercinta
yang tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya. Seorang Ibu melahirkan dan
membesarkan
anaknya dengan penuh kasih sayang
tanpa mengharapkan pamrih apapun juga.
Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan
waktunya 24 jam sehari bagi anak- anaknya, tidak ada perkataan siang
maupun malam, tidak ada perkataan lelah
ataupun tidak
mungkin dan ini 366 hari dlm setahun.
Seorang Ibu mendoakan dan mengingat
anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun
sekali saja pada hari-hari tertentu. Kenapa
kita baru bisa dan mau
memberikan bunga maupun hadiah
kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu
saja "Mother's Day" sedangkan di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-
boro memberikan hadiah, untuk menelpon
saja kita tidak punya waktu. Kita akan bisa
lebih membahagiakan Ibu
kita apabila kita mau memberikan sedikit
waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun
hadiah. Renungkanlah: Kapan kita terakhir
kali
menelpon Ibu? Kapan kita terakhir
mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita
mengajak Ibu jalan-jalan? Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan
manis dengan ucapan terima kasih kepada
Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali
berdoa untuk Ibu kita? Berikanlah kasih
sayang selama Ibu kita
masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah
berangkat, karena Ibu tidak akan bisa
melihatnya lagi Semoga tulisan ini dapat
membuka pintu
hati kita yang telah lama terkunci ... Semoga
bermanfaat dan Penuh Kebarokahan dari Allah ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika
menurut sahabat note ini bermanfaat .... #
BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA
ILAHI# Subhanallah wabihamdihi
Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik
Wa'atuubu Ilaik ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar