Hmmz.. kamu cantik tapi kenapa kamu tidak cantik dimata kami?
Kamu sholat tapi mengapa kamu tidak menjadi mulia dengannya?
Apalah kamu tidak sadar dengan apa yang kamu pakai dan kamu lakukan?wahai ukhti..?
Apakah kamu tidak sayang dengan dirimu sendiri. Duh..ukhti kamu itu memang sangat cantik dalam bentuk fisik, tapi mengapa kamu begitu murah. Sehingga kamu terkesan tidak ada nilai sama sekali dimata kami kaum adam. Kamu ingin mendapat penghargaan dari mata kami kaum adam. Tapi malah sebaliknya yang kamu dapatkan. Tak jarang jika dimata kami, kamu hanyalah penghias bumi saja. Yang seketika akan rusak dan usang dimakan waktu. Tak lebih. Maafkan kami duhai ukhti bila engkau marah kepada kami kaum adam. Kami menilai dari apa yang kami lihat. Benar, kamu memang cantik duhai ukhti. Tubuhmu sempurna,matamu indah dan tinggimu semampai, tapi apa itu berguna jika semua itu menjadi barang yang basi. Kami merasa sudah jemu tatkala setiap hari kamu hanya bisa memamerkannya. Berjalan dihadapan kami dengan berlenggang dan dihiasi dengan wanginya aroma parfummu yang menyengat hidung kami. Jangan salahkan kami tatkala kamu memang seperti wanita yang menjajakan dirinya dimalam hari. Karena dimata kami kamu dan mereka tidak ada bedanya. Sungguh amat kami sayangkan dirimu kelak duhai ukhti. Tatkala tanah, papan, dan pakaian kebangsaan telah dikenakan serta menjadi teman setia. Tak ada lagi yang dapat kamu banggakan. Tak juga sadarkah engkau bahwa dirimu itu sebenarnya indah dan mahal. Tak sadarkah engkau bahwa posisimu bisa lebih tinggi dari para bidadari yang begitu cantik. Tapi kamu bisa lebih cantik dari mereka dan kamu bisa menjadi pemimpin mereka.
Ingatlah ukhti sayang... dalam neraka jahannam itu hanya kaummu yang paling banyak. Dan janganlah kamu menambah daftar panjang dengan namamu salah satu dari mereka. Tapi jadilah kamu salah satu pemimpin bidadari disyurga. Sehingga kami, kaum adam akan tergila-gila melihat kecantikanmu yang sangat sempurna kelak dan tentunya itu akan abadi. Takkan lekang dimakan waktu dan usia karena engkau akan muda dan cantik selalu. Bukankah itu lebih indah dan mahal dari pada yang kamu lakukan sekarang. Rambutmu memang indah tapi kenapa kamu memperlihatkan kepada kami. Tak sadarkah kamu bahwa kami ini adalah serigala yang setiap saat siap menerkammu karena kelaparan yang ada. Janganlah kamu menyalahkan kami sebagai perengut kehormatanmu, tapi tanyakan kepada dirimu mengapa itu semua bisa terjadi kepadamu. Apa yang salah dengan dirimu sehingga martabatmu terinjak-injak layaknya kotoran anjing yang dibuang tidak berguna. Apa yang kamu cari dalam dunia ini, jika kamu hanya memikirkan kecantikanmu tapi martabatmu lebih hina dari binatang. Sungguh, kami sangat prihatin kepadamu duhai ukhti. Tapi mengapa kamu tak sadarkan dirimu.
Duhai ukhti.... kamu sholat dan mengenakan mukena yang indah. Terbuat dari sutra dan bordiran yang mahal dan indah. Engkau begitu memukau dengannya. Sehingga seluruh malaikat bertasbih kepadamu dan para bidadari syurga cemburu kepadamu. Karena begitu indahnya kau dalam balutan mukenamu membuat hati kami tertegun melihatnya. Duh...duhai ukhti pingsan hati kami melihatmu terbalut mukena sutra yang berwarna hijau dan putih. Begitu indah dan syahdu engkau dengan mukenamu. Beginilah engkau bersahaja dan berpakaian wahai ukhti. Tapi...tatkala engkau menanggalkannya dan engkau kembali memakai pakaian hinamu, maka hilanglah kebanggaan kami kepadamu. Tak ada lagi keindahan yang engkau tampilkan melainkan kehinaan yang sangat menjijikan. Engkau begitu murah dan bermuran durja. Duhai ukhti...sungguh, tak ada yang kami inginkan melainkan melihatmu tersenyum sebagai pemimpin bidadari dengan kecantikan yang abadi takkan hilang dimakan waktu. Kami tak ingin melihatmu terjerembab dalam lembah neraka dan menjadi bahan bakar untuk menyalakan api yang pada akhirnya membakar dirimu sendiri. Duhai ukhti...apa yang kau cari dalam kehidupanmu ini. Tak sadarkah engkau bahwa kehidupanmu ini hanya sementara dan kau akan lebih lama didalam kuburmu dan akhirat. Apakah engkau mencari penghargaan yang abadi, padahal itu ada ditanganmu sendiri. Bukan ditangan dan dimata kami para kaum adam. Tidak. Tidak ada pada kami wahai ukhti, semua yang kau inginkan ada ditanganmu dan Allah Tuhanmu.
Tak sadarkah bahwa setiap mata lelaki ini ada binar serigala yang selalu menginginkan keindahan tubuhmu yang selalu kau tampakkan. Tak sadarkah engkau bahwa matanya yang jelalatan selalu mengintai tiap sudut dari likuk bentuk tubuhmu. Tak sadarkah engkau bahwa hidungnya selalu mencium bau harum dari parfummu yang membuatnya selalu merasakan kelaparan. Duhai ukhti, sadarlah dengan sesadar-sadarnya. Apalagi yang kau inginkan? Bila engkau mencari kemulian dengan cara ini maka kau hanya mendapatkan ludah dan kehinaan dari kami. Kami tak pernah memandangmu mulia karena kamu selalu memamerkan keindahan tubuhmu dan cara bicaramu yang merendahkan dirimu sendiri. Duhai ukhti, kami memohon agar engkau tidak menjadi penyihir tua yang selalu meniupkan buhul-buhulnya mencari pelampiasan. Bukankah itu adalah kecantikan yang semu. Walau kau berhasil memikat kaum adam, tapi sesungguhnya kami telah melepaskan harga dirimu sendiri. Apa guna semua yang kau buat tetapi semua itu hanya semu. Tak ada yang nyata melainkan harga dirimu yang kini telah terinjak oleh dirimu sendiri dan itu kau lakukan dengan sadar. Bila engkau mengingikan sang pangeran maka jadilah dulu engkau seorang putri yang indah dan mulia. Karena sang pangeran akan mencari yang indah dan mulia. Walaupun dia hanya seorang putri petani.
Sungguh, duhai ukhti..kami sangat menyayangimu, tapi kenapa kamu tidak menyayangi dirimu sendiri, begitu mudah kau mengobral cinta dan hatimu. Padahal engkau tidak pernah mengerti akankah dia menjadi yang terbaik dari dirimu. Duhai ukhti, nafasmu dan desahanya, sangat mematikan kami kaum adam. Jangan kau paksa kami untuk membubuhi keindahan dirimu dengan darah para syetan yang durja.
Wahai ukhti....
Sayangilah dirimu sendiri...
Berikan dirimu persembahan dari syurga...
Jika engkau ingin menjadi bunga, maka jadilah engkau bunga yang paling mahal. Jika engkau ingin menjadi mutiara, maka jadilah engkau mutiara yang sangat mahal sehingga untuk menjamahmu harus menjadi yang terkaya dan terhebat. Duhai ukhti, menjelmalah menjadi zamrud hijau di hamparan khatuliswa dan jadilah engkau awan senja yang teduh. Tatkala kami memandangmu, maka ketenangan hati yang didapat. Tatkala kami ingin menjamahmu, maka harga yang termahallah yang harus kami keluarkan yaitu keimanan kami untukmu. Duhai bunga yang menguntum dalam keindahan syurgawi, janganlah engkau menguncup dengan hawa neraka yang kau hirup dengan hidungmu sendiri.
Duhai ukhti....
Cintailah dirimu sendiri.....
Sayangilah kami dan dirimu sendiri...
Kamu sholat tapi mengapa kamu tidak menjadi mulia dengannya?
Apalah kamu tidak sadar dengan apa yang kamu pakai dan kamu lakukan?wahai ukhti..?
Apakah kamu tidak sayang dengan dirimu sendiri. Duh..ukhti kamu itu memang sangat cantik dalam bentuk fisik, tapi mengapa kamu begitu murah. Sehingga kamu terkesan tidak ada nilai sama sekali dimata kami kaum adam. Kamu ingin mendapat penghargaan dari mata kami kaum adam. Tapi malah sebaliknya yang kamu dapatkan. Tak jarang jika dimata kami, kamu hanyalah penghias bumi saja. Yang seketika akan rusak dan usang dimakan waktu. Tak lebih. Maafkan kami duhai ukhti bila engkau marah kepada kami kaum adam. Kami menilai dari apa yang kami lihat. Benar, kamu memang cantik duhai ukhti. Tubuhmu sempurna,matamu indah dan tinggimu semampai, tapi apa itu berguna jika semua itu menjadi barang yang basi. Kami merasa sudah jemu tatkala setiap hari kamu hanya bisa memamerkannya. Berjalan dihadapan kami dengan berlenggang dan dihiasi dengan wanginya aroma parfummu yang menyengat hidung kami. Jangan salahkan kami tatkala kamu memang seperti wanita yang menjajakan dirinya dimalam hari. Karena dimata kami kamu dan mereka tidak ada bedanya. Sungguh amat kami sayangkan dirimu kelak duhai ukhti. Tatkala tanah, papan, dan pakaian kebangsaan telah dikenakan serta menjadi teman setia. Tak ada lagi yang dapat kamu banggakan. Tak juga sadarkah engkau bahwa dirimu itu sebenarnya indah dan mahal. Tak sadarkah engkau bahwa posisimu bisa lebih tinggi dari para bidadari yang begitu cantik. Tapi kamu bisa lebih cantik dari mereka dan kamu bisa menjadi pemimpin mereka.
Ingatlah ukhti sayang... dalam neraka jahannam itu hanya kaummu yang paling banyak. Dan janganlah kamu menambah daftar panjang dengan namamu salah satu dari mereka. Tapi jadilah kamu salah satu pemimpin bidadari disyurga. Sehingga kami, kaum adam akan tergila-gila melihat kecantikanmu yang sangat sempurna kelak dan tentunya itu akan abadi. Takkan lekang dimakan waktu dan usia karena engkau akan muda dan cantik selalu. Bukankah itu lebih indah dan mahal dari pada yang kamu lakukan sekarang. Rambutmu memang indah tapi kenapa kamu memperlihatkan kepada kami. Tak sadarkah kamu bahwa kami ini adalah serigala yang setiap saat siap menerkammu karena kelaparan yang ada. Janganlah kamu menyalahkan kami sebagai perengut kehormatanmu, tapi tanyakan kepada dirimu mengapa itu semua bisa terjadi kepadamu. Apa yang salah dengan dirimu sehingga martabatmu terinjak-injak layaknya kotoran anjing yang dibuang tidak berguna. Apa yang kamu cari dalam dunia ini, jika kamu hanya memikirkan kecantikanmu tapi martabatmu lebih hina dari binatang. Sungguh, kami sangat prihatin kepadamu duhai ukhti. Tapi mengapa kamu tak sadarkan dirimu.
Duhai ukhti.... kamu sholat dan mengenakan mukena yang indah. Terbuat dari sutra dan bordiran yang mahal dan indah. Engkau begitu memukau dengannya. Sehingga seluruh malaikat bertasbih kepadamu dan para bidadari syurga cemburu kepadamu. Karena begitu indahnya kau dalam balutan mukenamu membuat hati kami tertegun melihatnya. Duh...duhai ukhti pingsan hati kami melihatmu terbalut mukena sutra yang berwarna hijau dan putih. Begitu indah dan syahdu engkau dengan mukenamu. Beginilah engkau bersahaja dan berpakaian wahai ukhti. Tapi...tatkala engkau menanggalkannya dan engkau kembali memakai pakaian hinamu, maka hilanglah kebanggaan kami kepadamu. Tak ada lagi keindahan yang engkau tampilkan melainkan kehinaan yang sangat menjijikan. Engkau begitu murah dan bermuran durja. Duhai ukhti...sungguh, tak ada yang kami inginkan melainkan melihatmu tersenyum sebagai pemimpin bidadari dengan kecantikan yang abadi takkan hilang dimakan waktu. Kami tak ingin melihatmu terjerembab dalam lembah neraka dan menjadi bahan bakar untuk menyalakan api yang pada akhirnya membakar dirimu sendiri. Duhai ukhti...apa yang kau cari dalam kehidupanmu ini. Tak sadarkah engkau bahwa kehidupanmu ini hanya sementara dan kau akan lebih lama didalam kuburmu dan akhirat. Apakah engkau mencari penghargaan yang abadi, padahal itu ada ditanganmu sendiri. Bukan ditangan dan dimata kami para kaum adam. Tidak. Tidak ada pada kami wahai ukhti, semua yang kau inginkan ada ditanganmu dan Allah Tuhanmu.
Tak sadarkah bahwa setiap mata lelaki ini ada binar serigala yang selalu menginginkan keindahan tubuhmu yang selalu kau tampakkan. Tak sadarkah engkau bahwa matanya yang jelalatan selalu mengintai tiap sudut dari likuk bentuk tubuhmu. Tak sadarkah engkau bahwa hidungnya selalu mencium bau harum dari parfummu yang membuatnya selalu merasakan kelaparan. Duhai ukhti, sadarlah dengan sesadar-sadarnya. Apalagi yang kau inginkan? Bila engkau mencari kemulian dengan cara ini maka kau hanya mendapatkan ludah dan kehinaan dari kami. Kami tak pernah memandangmu mulia karena kamu selalu memamerkan keindahan tubuhmu dan cara bicaramu yang merendahkan dirimu sendiri. Duhai ukhti, kami memohon agar engkau tidak menjadi penyihir tua yang selalu meniupkan buhul-buhulnya mencari pelampiasan. Bukankah itu adalah kecantikan yang semu. Walau kau berhasil memikat kaum adam, tapi sesungguhnya kami telah melepaskan harga dirimu sendiri. Apa guna semua yang kau buat tetapi semua itu hanya semu. Tak ada yang nyata melainkan harga dirimu yang kini telah terinjak oleh dirimu sendiri dan itu kau lakukan dengan sadar. Bila engkau mengingikan sang pangeran maka jadilah dulu engkau seorang putri yang indah dan mulia. Karena sang pangeran akan mencari yang indah dan mulia. Walaupun dia hanya seorang putri petani.
Sungguh, duhai ukhti..kami sangat menyayangimu, tapi kenapa kamu tidak menyayangi dirimu sendiri, begitu mudah kau mengobral cinta dan hatimu. Padahal engkau tidak pernah mengerti akankah dia menjadi yang terbaik dari dirimu. Duhai ukhti, nafasmu dan desahanya, sangat mematikan kami kaum adam. Jangan kau paksa kami untuk membubuhi keindahan dirimu dengan darah para syetan yang durja.
Wahai ukhti....
Sayangilah dirimu sendiri...
Berikan dirimu persembahan dari syurga...
Jika engkau ingin menjadi bunga, maka jadilah engkau bunga yang paling mahal. Jika engkau ingin menjadi mutiara, maka jadilah engkau mutiara yang sangat mahal sehingga untuk menjamahmu harus menjadi yang terkaya dan terhebat. Duhai ukhti, menjelmalah menjadi zamrud hijau di hamparan khatuliswa dan jadilah engkau awan senja yang teduh. Tatkala kami memandangmu, maka ketenangan hati yang didapat. Tatkala kami ingin menjamahmu, maka harga yang termahallah yang harus kami keluarkan yaitu keimanan kami untukmu. Duhai bunga yang menguntum dalam keindahan syurgawi, janganlah engkau menguncup dengan hawa neraka yang kau hirup dengan hidungmu sendiri.
Duhai ukhti....
Cintailah dirimu sendiri.....
Sayangilah kami dan dirimu sendiri...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar